Proses Quality Control Oli bertujuan untuk menentukan mutu bahan pelumas baru apakah sesuai dengan spesifikasi atau tidak. Hal ini karena bahan pelumas umumnya digunakan untuk melumasi mesin - mesin pabrik. Jenis bahan pelumas yang digunakan tergantung dari jenis mesin yang akan dilumasi.
Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
- Pelumas Turbolube untuk pelumas turbin dari berbagai pabrikan turbin
- Pelumas Kompen digunakan untuk kompresor pendingin yang dipakai pada lemari pendingin
- Pelumas Turalik digunakan untuk peralatan hidrolik umum
- Pelumasan sistem sirkulasi atau system bath
- Pelumas Salyx digunakan untuk mesin diesel industri & perkapalan putaran menengah, dll
Sumber : Distributor Alat Ukur Indonesia |
Beberapa parameter Quality Control yang diuji untuk bahan pelumas antara lain :
Proses Quality Control Oli
a. Viskositas
Semua oli mesin dirangking berdasarkan viskositas, yang bermakna seberapa baik oli mengalir pada suhu tertentu (pada 400C dan 1000C adalah standar ukuran temperatur yang digunakan). Semakin tinggi nilai viskositas, semakin kental oli dan semakin lambat oli tersebut mengalir melalui celah celah pada mesin. Oli yang baik akan memiliki viskositas yang semakin tinggi dan akan mengurangi gesekan ketika kondisi oli panas.
Untuk oli dengan spesifikasi multi-weight akan berlaku seperti oli yang memiliki dua viskositas yang berbeda apabila mengalami temperatur atau suhu yang berbeda. Tes temperatur rendah berlaku pada suhu 400C, ini di indikasikan sebagai nomor pertama pada kemasan oli, dan tes temperatur tinggi pada suhu 1000C, ini diindikasikan sebagai nomer kedua pada kemasan oli.
Pengukuran viskositas oli umumnya dilakukan dengan menggunakan viskometer. Sampel oli dimasukkan pada viskometer dengan bantuan pompa kemudian dikondisikan pada viskometer bath selama 10 menit baik pada temperatur rendah 400C maupun pada temperatur tinggi 1000C.
kemudian diukur waktu yang diperlukan oleh sampel oli untuk melewati 2 tanda batas pada viskometer. Viskositas terukur sebagai waktu yang diperlukan dikalikan dengan factor tube dari ukuran viskometer yang digunakan.
kemudian diukur waktu yang diperlukan oleh sampel oli untuk melewati 2 tanda batas pada viskometer. Viskositas terukur sebagai waktu yang diperlukan dikalikan dengan factor tube dari ukuran viskometer yang digunakan.
American Petroleum Institute (API) menciptakan standard untuk memberikan ranking bagi viskositas dan kandungan oli. Ijin oli dari berbagai perusahaan yang berbeda dibandingkan dalam rangka menciptakan standar bobot viskositas, selain itu izin oli dari berbagai perusahaan juga berbeda dibandingkan dalam rangka menciptakan standard formulasi isi kandungan oli.
Hal ini terutama untuk meyakinkan isi kandungan oli sesuai dengan aturan system control polusi yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga perlu dilakukan konversi nilai specific gravity oli yang didapatkan dengan rumus : API = (141,5/SG) – 131,5
Hal ini terutama untuk meyakinkan isi kandungan oli sesuai dengan aturan system control polusi yang dikeluarkan pemerintah. Sehingga perlu dilakukan konversi nilai specific gravity oli yang didapatkan dengan rumus : API = (141,5/SG) – 131,5
b. Flash Point dan Fire Point
Semua oli mesin memiliki beberapa temperatur dimana mereka menjadi uap atau secara spontan terbakar, dan lalu rusak menjadi senyawa lain. Untuk kebanyakan mesin pada kondisi normal, sepanjang titik ini lebih tinggi daripada suhu mesin pada umumnya dan lebih rendah daripada suhu pembakaran dan busi, ini tidak akan menjadi masalah karena flash point berada pada suhu 1930C atau 2490C.
Flash point (titik nyala) dan fire point (titik api), ditentukan dengan cara memanaskan sampel oli menggunakan suatu wadah plastik tahan panas dimana pada sampel oli tersebut dicelupkan termometer untuk memantau peningkatan temperatur oli selama pemanasan. Di atas sampel oli yang dipanaskan dilewatkan api dari Bunsen untuk memicu agar sampel oli terbakar.
Titik dimana sampel oli menyambar api pertama kali terhitung sebagai flash point dan dibaca temperaturnya pada thermometer. Sedangkan titik dimana sampel oli terbakar terhitung sebagai fire point. Pengujian ini biasanya dilakukan menggunakan alat uji titik nyala minyak atau flash point tester.
Titik dimana sampel oli menyambar api pertama kali terhitung sebagai flash point dan dibaca temperaturnya pada thermometer. Sedangkan titik dimana sampel oli terbakar terhitung sebagai fire point. Pengujian ini biasanya dilakukan menggunakan alat uji titik nyala minyak atau flash point tester.
c. Specific Gravity
Specific gravity merupakan densitas atau kerapatan sampel pada temperatur kamar yang telah dibandingkan dengan densitas air. Densitas air digunakan sebagai pembanding karena pada temperatur kamar air memiliki densitas 1,0 gr/ml. Penentuan specific gravity sampel oli dilakukan dengan menggunakan Aerometer.
Sampel oli dituangkan ke dalam gelas ukur plastik transparan kemudian aerometer dimasukkan ke dalam sampel oli. Setelah beberapa saat ditunggu sampai stabil maka dibaca nilai specific gravity yang tertera pada alat aerometer. Sebagai catatan aerometer tidak boleh menyentuh dasar gelas ukur pada saat pengukuran.
Sampel oli dituangkan ke dalam gelas ukur plastik transparan kemudian aerometer dimasukkan ke dalam sampel oli. Setelah beberapa saat ditunggu sampai stabil maka dibaca nilai specific gravity yang tertera pada alat aerometer. Sebagai catatan aerometer tidak boleh menyentuh dasar gelas ukur pada saat pengukuran.
d. Colour
Colour oil ditentukan dengan cara memasukkan sejumlah sampel oli ke dalam kuvet spektrofotometer yang kemudian di cek nilai colour yang tercatat secara digital pada detektor spektrofotometer. Nilai colour kemudian dicocokkan dengan spesifikasi sampel oli tersebut sesuai dengan pemasoknya.
e. Total Base / Acid Number
Total nilai basa (TBN) pelumas menunjukkan kemampuan pelumas dalam menetralkan kondisi keasaman pada mesin. Jenis bahan bakar yang dipakai oleh sebuah kendaraan juga digunakan untuk mempertimbangkan nilai basa pelumas yang digunakan, kandungan sulfur dan design mesin itu sendiri. Penurunan nilai basa pelumas bekas - pakai (used oil) dari hasil analisa pelumas menunjukkan degradasi aditif basa. Hal ini bergantung pada polutan asam serta indikasi kelayakan penggunaan kembali pelumas tersebut.
Untuk mudahnya, pedoman pemilihan TBN pelumas adalah jenis bahan bakar yang dipakai dengan parameter utama adalah kadar sulfur, parameter lain adalah laju konsumsi pelumas dan kapasitas tampung bak pelumas (sump tank). Turunnya TBN disebabkan :
- Jumlah top-up harian yang rendah akan mempengaruhi konsumsi pelumas yang rendah pula
- Kapasitas tampung bak pelumas mesin yang kecil
- Penggunaan bbm dengan kadar sulfur yang tinggi
TBN diukur dengan metode volumetric (titrasi), sampel oli yang telah ditimbang dilarutkan dalam pelarut benzene-toluene. Selanjutnya dititrasi dengan KOH dengan menggunakan indicator murexide.
0 komentar:
Posting Komentar