Tablet Vitamin C - Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau serkuler. Kedua permukaan tablet memiliki bidang yang rata atau cembung, mengandung satu jenis bahan obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. Pada percobaan ini, dibuat tablet dengan Vitamin C sebagai zat aktif.
Vitamin C sendiri memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai macam penyakit yang menyerang tubuh dan juga dapat larut dengan mudah dalam air. Vitamin C juga termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini adalah metode granulasi basah karena Vitamin C memiliki sifat tahan pemanasan. Dengan metode ini juga akan dihasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama apabila dibandingkan dengan metode granulasi kering. Metode granulasi basah dilakukan terlebih dahulu dengan penambahan zat pengisi laktosa dan penambahan bahan penghancur serta penambahan bahan pengikat Na.
Tablet Vitamin C
CMC 3% sampai menjadi massa granul yang baik baru kemudian diayak. Penambahan bahan pengisi laktosa ini dimaksudkan untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak, sedangkan penambahan Na. CMC sebagai bahan pengikat karena Na. CMC stabil terhadap panas sehingga cocok untuk granulasi basah dan kecenderungan untuk mengeras.
Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar. Selain itu pengayakan juga berguna untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi seragam dan terdistribusi secara merata. Massa granul yang sudah diayak kemudian dikeringkan dengan alat FBD (Fluid Bed Dryer) untuk mencegah terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya kandungan air di dalam granul.
Setelah kering granul diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang sama rata dan ditambahkan bahan pelicin Talk 5% dan Mg stearat 2% yang berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin pencetak.
Untuk mengetahui kualitas suatu tablet biasanya akan dilakukan pengujian yang meliputi pengujian sifat tablet seperti uji sifat fisik tablet dan uji disolusi tablet. Pengujian ini memberikan hasil sebagai berikut :
Pengujian pertama adalah uji sifat fisik tablet berupa keseragaman bobot di mana bobot rata - rata dari tablet yang kami miliki sebesar 265 mg. Pengujian ini dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu setelah itu dihitung rata - rata bobotnya, serta bobot penyimpangan tiap tablet terhadap bobot rata - ratanya.
Sehingga dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa keseragaman bobot dari tablet yang diuji termasuk baik karena nilai CV tidak lebih dari 5% dimana hasilnya yaitu 2,26%, sehingga nantinya dapat menghasilkan pelepasan kadar obat yang sama. Uji keseragaman bobot ini bertujuan untuk menentukan keseragaman nilai bobot dari mesin kempa dalam menghasilkan tablet.
Selain itu juga berguna untuk menentukan seragamnya dosis yang diberikan dalam tiap terapinya. Untuk jenis tablet dan sediaan padat lainnya pengujian tersebut penting untuk dilakukan karena pengaruhnya pada dosis terapi. Dengan nilai variasi tablet yang kecil menunjukan bahwa semakin baik tablet tersebut dalam dosis pemberiannya.
Setelah itu ada juga pengujian untuk mengevaluasi pengaruh penggunaan bahan pengikat terhadap tablet untuk mengukur kekuatan tablet dalam menghadapi benturan pada saat distribusi ataupun penyimpanan. tablet yang kekuatannya optimum tentu tidak akan mudah hancur dan lebih tahan dengan berbagai kondisi. Hasil yang didapat adalah dari rata - rata hasil pengukuran dengan menggunakan Hardness Tester atau alat uji kekerasan tablet atau alat uji kerapuhan tablet.
Pengujian dilakukan dengan cara meletakkan tablet pada ujung alat dengan posisi vertikal kemudian tablet ditekan hingga pecah dan dilakukan sebanyak 20 kali. Untuk tablet konvensional memiliki persyaratan bahwa kekerasan tablet senilai 4-8 kg/cm2 dan hasil dari uji ini diperoleh harga purata sebesar 5,112 kg/cm2 . Sehingga kekerasan dari tablet ini memenuhi persyaratan dan sesuai dengan teori.
Uji ketiga yaitu uji keseragaman ukuran dengan menggunakan alat mikrometer sekrup untuk mengukur ketebalan dan menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter. Pengujian ini dilakukan dengan cara 10 tablet diukur keseragaman ukuran satu per satu menggunakan alat yang telah dijelaskan diatas. Setelah dilakukan pengujian didapatkan nilai purata untuk diameter yaitu 10,675 mm dan ketebalannya 5,39 mm. Sehingga didapatkan 16,17 > 10,675 > 7,186 dimana syarat keseragaman ukuran pada farmakope indonesia yang sesuai adalah sekitar 3 kali tebal tablet > diameter > 1 1/3 tebal tablet.
Uji keempat adalah uji waktu hancur yang mana dapat memberikan gambaran waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur. Waktu hancur ini dapat dianalogikan sebagai kecepatan obat hancur di dalam tubuh. Kecepatan waktu hancur berpengaruh pada kecepatan efek yang ditimbulkan dari obat, semakin cepat hancur maka obat akan lebih cepat diabsorpsi dan kemungkinan akan semakin cepat pula menimbulkan efek terapinya.
Dalam pengujian ini digunakan alat disintegrator tester dengan cara 6 tablet dimasukkan ke dalam alat uji dengan pengaturan suhu sebesar 37 Celcius. Persyaratan waktu hancur tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit tetapi hasil tablet uji kami diperoleh waktu hancurnya lebih dari 15 menit. Hal ini dikarenakan banyaknya bahan pengikat yang digunakan sehingga ikatan antar partikel komponen lebih merekat satu sama lain sehingga tablet uji membutuhkan waktu yang lebih lama untuk hancur
0 komentar:
Posting Komentar