Kertas Pengidentifikasi Obat Terkontaminasi - Sesuatu yang terkontaminasi baik itu makanan maupun obat merupakan sesuatu yang berbahaya bila terkonsumsi. Kasus kontaminasi ini pernah terjadi pada sirup di Nigeria yang mengandung minyak rem, susu formula di China yang mengandung melamin, hingga bedak talkum dalam antibiotik di Kenya.
Bahaya yang sama juga mengintai pada obat - obatan, namun sekelompok ilmuwan AS di Indiana menemukan cara baru mengetahui apakah sebuah obat terkontaminasi atau tidak dan cara ini diklaim mempunyai biaya yang lebih terjangkau.
Kontaminasi pada obat sendiri dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kesalahan pada proses produksi, penyimpanan yang tidak tepat hingga memang sengaja dipalsukan. Profesor kimia Universitas Notre Dame, Marya Lieberman ingin memberi para petugas farmasi (apoteker) khususnya di negara berkembang untuk mengetahui cara mudah dalam mendeteksi kontaminasi.
Sebuah proyek yang dimulai enam tahun lalu sebagai kolaborasi antara Notre Dame dan St. Mary's College menyebutnya Proyek PAD atau Paper Analytical Device. Temuan sederhana itu menggantikan mesin mahal yang mungkin tak tersedia di negara berkembang dimana kertas ini juga memungkinkan pengujian obat - obatan pada seluruh tahap proses distribusi.
Caranya : di atas kertas itu terdapat 12 garis yang mengandung bahan kimia berbeda. Kemudian obat yang ingin diuji dioles di atas garis - garis itu. Lalu kartunya (kertasnya) direndam ke dalam air. Perubahan warna akan mengindikasikan apakah obat itu aman atau tidak. Selain menguji coba bahan - bahan farmasi, tim Lieberman juga mengembangkan kartu untuk mengetes timbal, iodin, dan bahkan urin.
Untuk menemukan kontaminan atau zat berbahaya yang paling umum, tim Lieberman bekerja sama dengan 18 universitas di seluruh AS. Mereka menggunakan mesin - mesin khusus untuk menganalisa obat - obatan yang dikumpulkan dari apotik - apotik di seluruh negara berkembang.
Sebuah perusahaan New York sedang mengembangkan sebuah aplikasi ponsel untuk membantu membaca dan mengevaluasi kartu - kartu itu. Nantinya diharapkan para pengguna hanya tinggal mengambil foto dengan ponsel mereka dan tinggal mencocokannya dengan aplikasi database untuk mengetahui hasilnya dengan cepat.
“Apabila kita tidak bisa meningkatkan kapasitas laboratorium - laboratorium analitik di negara berkembang, mungkin kita bisa menemukan cara untuk membawa teknologinya dengan bentuk yang mudah dibawa yang akan berguna di lapangan,” jelas Lieberman.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) mengatakan sistem layanan kesehatan yang berfungsi seharusnya memiliki 343 produk farmasi. Sejauh ini, tim Lieberman telah mengembangkan PAD untuk mengidentifikasi 60 obat berbeda dan pada akhirnya bisa mengetes semua obat.
Akan tetapi dengan cara tersebut sudah lebih memudahkan dibandingkan menguji warna obat yang terkontaminasi menggunakan alat pengukur warna atau colorimeter. Namun, selain itu metode ini juga masih membutuhkan banyak pengembangan dan pengujian lebih lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar