Kamis, 05 Maret 2020

Karakteristik Minyak

Karakteristik Minyak - Teori yang kita semua tahu, minyak mentah terbentuk dari penguraian tanaman dan hewan selama berjuta - juta tahun yang terjadi di bawah permukaan bumi (bawah tanah ataupun dasar lautan) dan pada akhirnya membentuk senyawa hidrokarbon. Meskipun pada dasarnya sama, namun minyak mentah mempunyai karakteristik yang bervariasi.

Karakteristik Minyak

Perbedaan variasi ini terdapat pada warna, aroma, sifat, struktur molekul atau rantai karbon dan juga kualitasnya. Variasi ini terjadi karena adanya perbedaan struktur geografis dan lingkungan terjadinya penguraian pada ladang - ladang minyak di seluruh dunia. Dari variasi ini kemudian akan mempengaruhi proses pengolahan minyak secara spesifik karena melihat dari karakter minyak mentah tersebut.

Sebenarnya ada banyak standar variasi yang salah satu standar indikator utama adalah gravity. Gravity ini menjadi indikator kepadatan minyak bumi dimana gravity yang lebih dari 40 derajat menandakan rendahnya kepadatan minyak atau disebut dengan minyak ringan (encer). Akan tetapi jenis minyak ini umumnya akan menghasilkan minyak dengan kualitas terbaik.

Karakteristik Minyak

Gravity antara 40 derajat sampai dengan 20 derajat menandakan titik moderat dalam kepadatan minyak. Sedangkan gravity yang di bawah 20 derajat menunjukkan tingginya tingkat kepadatan, selanjutnya jenis minyak ini disebut minyak berat (kental). Tingkat kandungan senyawa non hidrokarbon sulfur dan nitrogen akan berhubungan langsung dengan kepadatan minyak secara proporsional. Semakin rendahnya gravity atau semakin tinggi tingkat kepadatan, maka peluang kandungan sulfur juga akan semakin tinggi.

Gravity pada dasarnya merujuk pada berat jenis minyak yang pada dasarnya ditentukan oleh kepadatan unsur penyusunnya. Unsur penyusun ini seperti hidrokarbon (83% - 100%) atau perpaduan antara hidrogen (83% - 87%) dan karbon (10% - 14%). Karena persentasenya yang tinggi, unsur hidrokarbon disebut sebagai unsur utama atau unsur mayoritas yang membuat proses pengolahan minyak akan lebih mudah dibandingkan dengan minyak kategori berat.

Minyak dengan kategori berat mempunyai kadar karbon terlalu banyak dan hidrogen terlalu sedikit sehingga perlu dilakukan penguraian karbon dan/atau penambahan hidrogen ke dalam molekulnya. Prosedur ini menambah kompleksitas dan biaya produksi. Inilah alasan dibalik tingginya nilai ekonomi minyak kategori ringan.

Selain gravity, indikator utama lainnya adalah kandungan sulfur. Kandungan sulfur pada umumnya memiliki rentang antara 0,05% sampai dengan 6,00% yang menjadikannya sebagai unsur terbesar kedua dalam minyak. Sulfur merupakan salah satu senyawa nonhidrokarbon penyusun minyak, bersama dengan nitrogen (0,1% – 2%), oksigen (0,05% – 1,5%), dan unsur logam tertentu (kurang dari 0,1%).

Kandungan sulfur menentukan sifat keasaman minyak. Kandungan sulfur yang tinggi membuat minyak tersebut masuk ke dalam jenis minyak asam, sedangkan yang kandungan sulfurnya rendah maka termasuk jenis minyak manis.

Walaupun kandungannya sedikit (minoritas), senyawa nonhidrokarbon pada dasarnya merupakan senyawa yang keberadaannya tidak dikehendaki ada pada minyak. Senyawa-senyawa ini sangat mempengaruhi proses pengolahan yang dilakukan. Sulfur menimbulkan bau dan mempunyai sifat korosif. Dengan adanya sulfur membuat efektivitas zat - zat tambahan dalam pengolahan, meracuni katalis dan mengakibatkan pencemaran udara.

Nitrogen, oksigen, dan logam (unsur terbesarnya adalah vandium, nikel, dan natrium) juga merupakan penghambat katalis dalam pengolahan minyak bumi. Keberadaan senyawa nonhidrokarbon ini, mengurangi kemurnian minyak dan menambah biaya produksi.

Tidak cukup sampai disitu, ada kalanya minyak bumi tercampur dengan pasir yang menambah kepadatan. Minyak yang tercampur pasir ini susah untuk dialirkan, sehingga perlu pemanasan lebih dulu yang juga menambah biaya. Penambahan biaya ini tidak serta merta menambah harga jual atau menambah kualitas hasil pengolahan. Sehingga semakin murni minyak, dapat dikatakan, nilai ekonominya juga semakin tinggi.

Jadi dapat dikatakan minyak dengan kepadatan yang rendah dan minyak dengan kemurnian yang tinggi adalah jenis minyak yang bagus. Namun hanya sedikit ladang minyak yang memenuhi kriteria ini seperti halnya ladang minyak yang memenuhi kriteria kepadatan rendah dan murni adalah seperti di bontang, northwest shelf, dan erawan.

Setiap ladang minyak mempunyai karakteristiknya sendiri, akan tetapi secara total dunia ladang minyak yang memenuhi kriteria kepadatan rendah saja berkisar 30% saja. Hal ini berarti sekitar 70% termasuk minyak yang dikategorikan sebagai minyak kental. Dengan demikian, saat minyak dengan kualitas baik dan biaya produksi rendah habis, maka yang tersisa adalah minyak berat dengan biaya produksi tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar